Nilai Kecernaan Bk dan Bo Tepung Gaplek dari Berbagai Jenis Tanaman Singkong (Manihot utilissima) Secara in Vitro

Authors

  • Gali Dwi Prasetyo Student of Animal Nutrition and Feed Department, Faculty of Animal Science, Brawijaya University, Malang
  • Aprilia Dwi Kartika Student of Animal Nutrition and Feed Department, Faculty of Animal Science, Brawijaya University, Malang
  • Mashudi Mashudi Lecturer of Animal Nutrision and Feed Department, Faculty of Animal Science, Brawijaya University, Malang

DOI:

https://doi.org/10.21776/ub.jnt.2019.002.02.1

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi nilai kecernaan BK dan BO tepung gaplek dari berbagai jenis tanaman singkong (Manihot utilissima) serta mendapatkan informasi tentang tepung gaplek dari jenis tanaman singkong apa yang paling baik untuk diberikan pada ternak ruminansia. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung gaplek dari berbagai jenis tanaman singkong, cairan rumen dari sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) betina berfistula, serta alat dan bahan kimia untuk mengukur nilai dari kecernaan BK dan BO secara in vitro. Metode dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kelompok berdasarkan perbedaan waktu pengambilan cairan rumen. Perlakuan terdiri dari P1: Tepung Gaplek 100% jenis singkong Gatot Kaca, P2: Tepung Gaplek 100% jenis ketela kuning, P3: Tepung Gaplek 100% jenis singkong Manalagi, P4: Tepung Gaplek 100% jenis singkong Srintil, P5: tepung Gaplek 100 % jenis singkong Ketan. Hasil penelitian tersebut dianalisis menggunakan analisis ragam, apabila hasil uji menunjukkan adanya perbedaan maka dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT). Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap jenis singkong mempunyai kandungan nutrien yang tidak berbeda jauh, sehingga menyebabkan perlakuan tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap nilai dari kecernaan bahan organik (KcBO) dan kecernaan bahan kering (KcBK) secara in vitro. Perlakuan terbaik terdapat pada P2 yaitu jenis singkong Kuning dengan hasil yang menunjukkan nilai tertinggi pada kecernaan bahan kering (KcBK) yaitu 93,78% dan kecernaan  bahan organik (KcBO) yaitu 95,83%.

References

Anggorodi, R. (1994). Ilmu Makanan Ternak Umum (5th ed.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gustiar, F., Suwignyo, R. A., Suheryanto, & Munandar. (2014). Reduksi gas metan (CH4) dengan meningkatan komposisi konsentrat dalam pakan ternak sapi. Jurnal Peternakan Sriwijaya, 3(1). https://doi.org/10.33230/JPS.3.1.2014.1728

Hartutik. (2012). Metode Analisis Mutu Pakan. Malang: UB Press.

Jayanegara, A., Sofyan, A., Makkar, H. P., & Becker, K. (2009). Kinetika produksi gas, kecernaan bahan organik dan produksi gas metana in vitro pada hay dan jerami yang disuplementasi hijauan mengandung tanin. Media Peternakan, 32(2), 120–129.

Lolit. (2004). Pengembangan Usaha Sapi Potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong.

McDonald, P., Edward, R., & Greenhalgh, J. F. (1988). Animal Nutrition. (L. J. Willey & Son, Eds.). New York.

Setiyaningsih, K. D., Christiyanto, M., & Sutarno, S. (2012). Kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro hijauan desmodium cinereum pada berbagai dosis pupuk organik cair dan jarak tanam. Animal Agriculture Journal, 1(2), 51–63.

Soebiyanto, & Kusoemo, T. A. (1993). HFS dan Industri Ubi Kayu Lainny. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Suprapto, H., Suhartati, F., & Widiyastuti, T. (2014). Kecernaan serat kasar dan lemak kasar complete feed limbah rami dengan sumber protein berbeda pada kambing pernakan etawa lepas sapih. Jurnal Ilmiah Peternakan , 1(3), 938–946.

Tillman, A., Hartadi, H., Reksohadiprodjo, S., Prawirokusumo, S., & Lebdosoekjo, S. (1998). Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Downloads

Published

2019-09-27